TIADA KATA SEPANTAS "SELAMAT DATANG" untuk memulai

Blogs ini didedikasikan untuk masyarakat Gunungkidul, agar sadar bagaimana bangganya dirinya terhadap tanah kelahirannya, dan Jawa Dwipa. Isi blogs ini adalah hasil pemikiran dan sumbang saran dari berbagai sumber baik dari buku, literatur,perorangan. Dituangkan dengan cara pikir pribadi.

Monday, April 30, 2007

Sebuah Batu di Gunungkidul dan Sejarah

Dhaksinarga, sebuah gunung tua di sisi selatan pulau jawa, tahukan anda?

Sekilas seperti apa yang saya tulis di post sebelumnya, kering tandus. Selain itu secara kebanyakan orang menganggap Gunungkidul adalah sebuah pegunungan(mountain), tapi apa yang kita rasakan dari indera penglihatan kita sewaktu kita melawati daerah kelokan bukit Pathuk? banyak bongkahan batu berwarna hitam yang notabene adalah batu dari sebuah gunung berapi, tak hanya di bukit Pathuk saja, jika kita dari arah kota Wonosari ke arah kota kecamatan Semin hal serupa kita dapati. Pernah saya berpikir batu batu tersebut berasal dari gunung Merapi di daerah kabupaten Sleman sana, saya sendiri kaget batu sebesar 2 kalinya badan kerbau tersebut terlempar begitu jauh ke tempat kami, Gunungkidul. Jika hal itu benar, nahwa gunung Merapi melepaskan batunya sampai Gunungkidul, apa jadinya kota Yogyakarta jika waktu yang terdahulu terulang lagi! itu pemikiran pertama dalam benak saya.

Pemikiran kedua, kemungkinan kata Gunungkidul adalah bermakna sebenarnya, yaitu gunung.Dari pengamatan amatiran saya, yang notabene hanya anak ndeso yang sedikit tahu informasi adalah jika saya pelajari secara awam Gunungkidul dibagi mnjadi zona Gunung Sewu, Zona Ledok dan Zona Baturagung. Zona Gunungsewu meliputi daerah pantai selatan dan sekitarnya meliputi tanah tandus dan kering dimana air tawar berada di bawah tanah, berbukit bukit terjal dalam formasi banyak(gunung sewu/seribu gunung karena banyaknya bukit-bukit), Zona Ledok berupa lembah di utara zona gunung sewu, dengan tanah hitam dimana air lebih mudah didapatkan baik dari curah hujan maupun sumber air yang dapat ditarik keatas permukaan tanah, berbukit tapi cenderung rendah dan tidak se extrem gunung sewu, Zona baturagung berupa perbukitan yang naik turun dengan tingkat kecuraman sama dengan zona gunung sewu, perbedaannya jika di gunung sewu air sangat sulit didapatkan, di zona baturagung ini air berkecukupan.Berarti tanah di Gunungkidul berupa cekungan diapit 2 perbukitan, kemudian kita sambungkan data ini dengan batu hitam yang kita lihat di daerah bukit Pathuk tadi, bukankah secara tak terduga akan terpikir bahwa benar adanya Gunungkidul nyata-nyata gunung, Bukit pathuk sendiri di sebelah barat pada pertemuan zona ledok dan baturagung. Sedangkan bebatuan hitam di daerah ke arah kota Semin merupakan area sebelah timur di pinggiran zona baturagung dan ledok.Tak perlu kita takutkan secara berlebihan karena seandainya gunung pun itu adalah sebuah masa lalu, yang perlu adalah kita mengerti seperti apa sih Gunungkidul yang kita siniskan sebagai daerah tandus itu.

Pada beberapa waktu lalu saya tertarik pada sebuah artikel di majalah tempo interaktif yang mengulas tentang manusia purba di Gunung kidul.Disebutkan bahwa dikehidupan dahulu kala daerah Gunungkidul dihuni manusia purba, tidak sepurba yang di sangiran tentunya, melainkan dari segi kehidupan, karena manusia purba ini termasuk homo sapiens.Hidup dengan cara berburu binatang binatang liar seperti rusa, kerbau dan kuda nil termasuk hidup juga badak dangajah.Hal ini bisa dilacak melalui penemuan fosil di beberapa goa/song di zona gunung sewu berupa tulang belulang, gigi taring dan paha kudanil, mata panah dan kerangka manusia purba.Berarti dahulunya zona gunung sewu adalah hutan lebat dan padang luas. Jika kita perbandingkan antara dulu dan sekarang dalam perbandingan zona yang sama, maka:
- dari penemuan tersebut tergambar jelas bahwa dahulu zona gunung sewu adalah hutan lebat dan padang luas, jika kuda nil ditemukan disana berarti ada sebuah kawasan perairan yang luas, maka besar kemungkinan zona ledok adalah kawasan hutan yang jauh lebih lebat beserta danau/perairan yang lebih luas daripada zona gunung sewu, dengan perbandingan sekarang zona gunung sewu lebih kering dibanding zona ledok.
- sedangkan zona baturagung kurang lebih sama lebatnya dengan zona ledoksari, yang membedakan hanya cakupan medianya yang berbukit curam berbatu.

Jika hal ini mendekati kebenaran, maka kemana air di cekungan zona ledok mengalir. satu satunya jalan adalah turun melaui perbukitan pathuk sekarang ini, namun hal ini belum bisa saya dapatkan data, tapi menurut saya besar kemungkinan akan hal itu, karena jika kita lihat dari arah kota Piyungan sekarang ke daerah Gunungkidul di masa lalu adalah berupa tandon air di atas gunung yang tidak secara langsung mengucur ke bawah berbentuk air terjun.

Melihat masalalu lebih ke depan, kita dapati pengalaman Junghun ketika melihat pertama kali daerah Gunungkidul sebagai "Garden of Magic", taman dengan suasana mistisnya.Gunungkidul pun banyak ditemukan situs-situs candi kuno yang sekarang sudah tidak utuh lagi, dari informasi yang saya dapat, candi candi ini terbuat dari batu kapur, berbeda dengan candi candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu gunung ataupun candi candi di Jawa Timur yang etrbuat dari batu bata. Jika candi - candi di kedua tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan abu jenazah para raja, artikel yang saya baca adalah candi di Gunungkidul adalah tempat pemujaan baik pemujaan pada alam maupun secara mistis, dalam hal ini saya menarik kesimpulan bahwa daerah Gunungkidul dulunya dipuja sebagai suatu tempat yang mempunyai sifat lebih(dengan tidak merendahkan atau menyamakan daerah "yang lain").

Saturday, April 28, 2007

GUNUNGKIDUL


Gunungkidul, sebuah daerah yang selalu di deskripsikan secara skeptis setiap orang yang mendengarnya.Banyak warga perantau khususnya, malu menyebut asal dari Gunungkidul, kebanyakan menyebutnya Yogyakarta.

Blogs ini sebenarnya ditujukan kepada para warga Gunungkidul untuk kembali melihat asal muasal, dalam hal ini saya juga berasal dari sana, sebuah desa ke arah utara dari kota Wonosari, ibukota kabupaten Gunungkidul. Sehingga afdol rasanya jika saya sebagai seorang warga Gunungkidul menulis hal ini.

Gunungkidul dalam karangan Lombart, Nusa Jawa Silang Budaya 3 disebut sebagai "Garden of magic" ,sebuah taman mistis, mengapa tidak.. toh waktu itu Gunungkidul adalah merupakan sebuah hutan belantara yang sangat lebat berikut beberapa danau nya dan binatang seperti gajah dan kuda nil,rusa dan badak.Jenis binatang ini saat ini fosilnya ditemukan oleh dosen UGM, Bp Susetyo Juwono dan teamnya melalui penggalian dan penyelidikan.

Untuk sebuah Garden of Magic pada saat ini pastilah banyak orang terbelalak dan sinis, tapi tak bisa dipungkiri, itulah gunungkidul kami, dari beberapa informasi yang saya dapat, dulunya terdapat pohon-pohon dengan kayu kualitas tinggi, sebutlah pohon jati,dimana hutan ini mulai gundul, pada awalnya kayu jati pada daerah Gunungkidul dimanfaatkan oleh kerajaan Mataram untuk membangun istana dari Kartosuro ke Surakarto yang terbakar, ketika masa masuknya Belanda ditebang secara besar-besaran untuk pembangunan infrastruktur dan propertinya serta diperdagangkan, kemudian berikutnya untuk pembangunan Keraton Yogyakarta(walaupun tak ditebang semuanya/tidak 100% mempergunakan kayu jati Gunungkidul, pada saat meletusnya perang pasifik dengan membabi buta Jepang membabat habis sisa sisa hutan jati ini. Tragis memang, di mana penduduk hanya bisa diam, kalaupun itu untuk negara, hal yang lumrah sebagai persembahan ngabekti ke negara, tapi bagaimana dengan pihak-pihak lain diluar itu? Itulah masa lalu.

Dibilang kering seperti yang diberitakan menurut saya tidak sepatutnya itu sebagai trade mark nya, karena jika dilihat keadaan sekarang, mulai dari kota Wonosari(berbentuk lembah/cekungan) menuju ke utara ke arah sungai Oya( baca: huruf y spt kata yakin dan huruf a spt pelafalan kata sol pada nada bunyi) merupakan daerah berkecukupan air, ke arah timur daerah Ponjong, persawahan masih tersisa walau sedikit. Sedangkan daerah yang selalu diliput adalah selatan kota Wonosari menuju pesisir pantai selatan memang permukaannya kering, namun jangan salah menduga, pada lapisan bawah tanah terdapat sungai bawah tanah yang mengalir deras ke arah lautan yang saat ini dalam proses penarikan ke atas untuk penyediaan air bersih penduduk disekitarnya. Bisa dibilang air di sana murni sebab air yang mengalir mengalami proses penyaringan dari bebatuan kapur. Seandainya saja proses tersebut berhasil ...tidak ada lagi penduduk jual ternak untuk setangki air!

Penduduk sebenarnya dari dulu diarahkan untuk transmigrasi ke luar Jawa, namun hanya sebagian kecil yang mau pindah ke sana (dan itupun nasibnya sekarang gak jelas). Ada yang menarik dalam hal ini, mengapa di kehidupan yang susah tersebut penduduk tak mau pindah, sekilas kita kembali bahas tentang garden of magic tadi, ada suatu pembenaran keadaan walaupun samar, dalam hal ini penduduk Gunungkidul masih merasakan akas rendevouz zaman itu dimana kehidupan jauh lebih baik, dan tentunya di bawah alam sadar mereka suatu keadaan yang baik seperti dulu akan kembali.

Tentunya sayapun tak bisa begitu saja mengelu-elukan denagn bangga, ini loh Gunungkidul, sekarang atau saat ini bagaimana kita melihat penduduknya(tidak termasuk saya hehehe), berapa banyak orang-orang bangga pada Gunungkidul, seberapa banyak orang tua menceritakan kisah keadaan masa lalu, dan berapa banyak orang orang generasi sekarang membuka mata lihat sekelilingnya.

Generasi yang lalu sibuk mencari kehidupan yang lebih baik, entah bagaimana caranya..., anak anaknya/ generasi penerus keburu meniru perilaku metropolis walaupun sebatas dari TV yang berisi tukang sinetron, jangan kaget kalau ketika ke sana untuk sebuah daerah kering tandus, anak mudanya nya rambutnya telah berubah warna, pink, merah, hijau, coklat, entah itu dari pewarna rambut yang di salon atau malah pewarna yang biasa dipakai cat logam atau kayu(pylox), hebatnya lagi mereka hampir semuanya memakai sepeda motor, entah kredit, jual tanah secara terpaksa sebab anaknya nekat mau bunuh diri karena kepengenn motor sampai yang punya tuyul....ramai kan.

Dari segi pendidikan kita tidak bisa bebuat banyak, karena saat ini tahu sendiri seperti apa mutunya, mereka sepertinya tidak pernah diarahkan ke depannya akan seperti apa, paling yang tergambar tidak kurang dari: sehabis sekolah nikah, kalau kuliah masih sedikit saya rasa, paling banter adalah kerja jadi tenaga administrasi bagi yang merasa terdidik, pelayan toko, ikut ke jakarta....klise.....bagaimana dengan daerah yang dia pijak saat ini hampir bisa dibilang tidak ada, pada waktu sekolah saya sendiri mempunyai pengalaman hebat, saya sebut hebat karena hal itu mendasari saya untuk menuliskan blogs ini, yaitu ketika seusai ujian akhir (waktu itu smea), guru akuntansi keuangan kami mewajibkan membuat suatu perencanaan setelah lulus, dengan kenyataan yang ditunjukkan bahwa kita tidak siap kerja ke luar daerah, intinya apa yang akan kami lakukan secara mandiri untuk membuat kami bisa bekerja, bagaiamana caranya dan tentu resiko(terimaksih kepada Bp. Sudiharto, SMEA negeri--dulu kami panggil Pak Congklang dibelakang beliau, karena celanannya selalu menggantung di atas mata kaki, congklang adalah bahasa jawa yang kurang lebih untuk sebutan celana yang panjang yang panjangnya tidak sesuai biasanya).
Pada saat itu ada teman kami yang akan beternak sapi, ayam kampung dan saya sendiri punya angan angan jadi seorang yang mempunyai usaha tanaman, yaitu anggrek, bonsai dan kaktus. Hebat bukan! Saya ambil jenis usaha itu karena dari situasi sekeliling saya, bonsai karena saya lihat kalau ke pantai selatan banyak bergelantungan bibit bibit bonsai yang siap pakai(baru saya tahu sebenarnya bisa rusak vegetasi), kaktus...karena panas nya dan keringnya gunungkidul saya berpikir kita gak perlu memakai air berlebihan dengan hasil yang maksimal, kalau angrek hmmm itu adalah tanaman kesayangan..hehehe.

Sebenarnya masih banyak yang bisa kita pikirkan kala itu, seperti pengelolaan wisata pantai(tidak kalah dengan pulau bali), atau penanaman jati emas, setidaknya dari beberapa alternatif tadi pemerintah Kabuparen bisa menyadari hal ini, semisal tanah yang kurang tergarap di daerah airnya lebih bagus ditanami jati emas bukan hal yang mustahil bisa mendapat pasokan setidaknya tidak usah material berupa uang tapi pengembalian keadaan Gunungkidul. Kita tidak bisa by pass ingin membangun tanpa mengembalikan keadaan ini, jika hal ini dilanjutkan adalah suatu ketimpangan.

Jadi pendek kata, saudaraku yang entah di mana, apa yang kita lakukan untuk Gunugkidul kita untuk 5 tahun, 10 tahun mendatang? Apakah anak keturunan kita akan kita jadikan seperti orang yang seperti kita saat ini, selalu didiskreditkan dengan keadaan kering, tandus tanpa air?
Bangunlah dari mimpi yang tiada berkesudahan ini.