TIADA KATA SEPANTAS "SELAMAT DATANG" untuk memulai

Blogs ini didedikasikan untuk masyarakat Gunungkidul, agar sadar bagaimana bangganya dirinya terhadap tanah kelahirannya, dan Jawa Dwipa. Isi blogs ini adalah hasil pemikiran dan sumbang saran dari berbagai sumber baik dari buku, literatur,perorangan. Dituangkan dengan cara pikir pribadi.

Saturday, April 28, 2007

GUNUNGKIDUL


Gunungkidul, sebuah daerah yang selalu di deskripsikan secara skeptis setiap orang yang mendengarnya.Banyak warga perantau khususnya, malu menyebut asal dari Gunungkidul, kebanyakan menyebutnya Yogyakarta.

Blogs ini sebenarnya ditujukan kepada para warga Gunungkidul untuk kembali melihat asal muasal, dalam hal ini saya juga berasal dari sana, sebuah desa ke arah utara dari kota Wonosari, ibukota kabupaten Gunungkidul. Sehingga afdol rasanya jika saya sebagai seorang warga Gunungkidul menulis hal ini.

Gunungkidul dalam karangan Lombart, Nusa Jawa Silang Budaya 3 disebut sebagai "Garden of magic" ,sebuah taman mistis, mengapa tidak.. toh waktu itu Gunungkidul adalah merupakan sebuah hutan belantara yang sangat lebat berikut beberapa danau nya dan binatang seperti gajah dan kuda nil,rusa dan badak.Jenis binatang ini saat ini fosilnya ditemukan oleh dosen UGM, Bp Susetyo Juwono dan teamnya melalui penggalian dan penyelidikan.

Untuk sebuah Garden of Magic pada saat ini pastilah banyak orang terbelalak dan sinis, tapi tak bisa dipungkiri, itulah gunungkidul kami, dari beberapa informasi yang saya dapat, dulunya terdapat pohon-pohon dengan kayu kualitas tinggi, sebutlah pohon jati,dimana hutan ini mulai gundul, pada awalnya kayu jati pada daerah Gunungkidul dimanfaatkan oleh kerajaan Mataram untuk membangun istana dari Kartosuro ke Surakarto yang terbakar, ketika masa masuknya Belanda ditebang secara besar-besaran untuk pembangunan infrastruktur dan propertinya serta diperdagangkan, kemudian berikutnya untuk pembangunan Keraton Yogyakarta(walaupun tak ditebang semuanya/tidak 100% mempergunakan kayu jati Gunungkidul, pada saat meletusnya perang pasifik dengan membabi buta Jepang membabat habis sisa sisa hutan jati ini. Tragis memang, di mana penduduk hanya bisa diam, kalaupun itu untuk negara, hal yang lumrah sebagai persembahan ngabekti ke negara, tapi bagaimana dengan pihak-pihak lain diluar itu? Itulah masa lalu.

Dibilang kering seperti yang diberitakan menurut saya tidak sepatutnya itu sebagai trade mark nya, karena jika dilihat keadaan sekarang, mulai dari kota Wonosari(berbentuk lembah/cekungan) menuju ke utara ke arah sungai Oya( baca: huruf y spt kata yakin dan huruf a spt pelafalan kata sol pada nada bunyi) merupakan daerah berkecukupan air, ke arah timur daerah Ponjong, persawahan masih tersisa walau sedikit. Sedangkan daerah yang selalu diliput adalah selatan kota Wonosari menuju pesisir pantai selatan memang permukaannya kering, namun jangan salah menduga, pada lapisan bawah tanah terdapat sungai bawah tanah yang mengalir deras ke arah lautan yang saat ini dalam proses penarikan ke atas untuk penyediaan air bersih penduduk disekitarnya. Bisa dibilang air di sana murni sebab air yang mengalir mengalami proses penyaringan dari bebatuan kapur. Seandainya saja proses tersebut berhasil ...tidak ada lagi penduduk jual ternak untuk setangki air!

Penduduk sebenarnya dari dulu diarahkan untuk transmigrasi ke luar Jawa, namun hanya sebagian kecil yang mau pindah ke sana (dan itupun nasibnya sekarang gak jelas). Ada yang menarik dalam hal ini, mengapa di kehidupan yang susah tersebut penduduk tak mau pindah, sekilas kita kembali bahas tentang garden of magic tadi, ada suatu pembenaran keadaan walaupun samar, dalam hal ini penduduk Gunungkidul masih merasakan akas rendevouz zaman itu dimana kehidupan jauh lebih baik, dan tentunya di bawah alam sadar mereka suatu keadaan yang baik seperti dulu akan kembali.

Tentunya sayapun tak bisa begitu saja mengelu-elukan denagn bangga, ini loh Gunungkidul, sekarang atau saat ini bagaimana kita melihat penduduknya(tidak termasuk saya hehehe), berapa banyak orang-orang bangga pada Gunungkidul, seberapa banyak orang tua menceritakan kisah keadaan masa lalu, dan berapa banyak orang orang generasi sekarang membuka mata lihat sekelilingnya.

Generasi yang lalu sibuk mencari kehidupan yang lebih baik, entah bagaimana caranya..., anak anaknya/ generasi penerus keburu meniru perilaku metropolis walaupun sebatas dari TV yang berisi tukang sinetron, jangan kaget kalau ketika ke sana untuk sebuah daerah kering tandus, anak mudanya nya rambutnya telah berubah warna, pink, merah, hijau, coklat, entah itu dari pewarna rambut yang di salon atau malah pewarna yang biasa dipakai cat logam atau kayu(pylox), hebatnya lagi mereka hampir semuanya memakai sepeda motor, entah kredit, jual tanah secara terpaksa sebab anaknya nekat mau bunuh diri karena kepengenn motor sampai yang punya tuyul....ramai kan.

Dari segi pendidikan kita tidak bisa bebuat banyak, karena saat ini tahu sendiri seperti apa mutunya, mereka sepertinya tidak pernah diarahkan ke depannya akan seperti apa, paling yang tergambar tidak kurang dari: sehabis sekolah nikah, kalau kuliah masih sedikit saya rasa, paling banter adalah kerja jadi tenaga administrasi bagi yang merasa terdidik, pelayan toko, ikut ke jakarta....klise.....bagaimana dengan daerah yang dia pijak saat ini hampir bisa dibilang tidak ada, pada waktu sekolah saya sendiri mempunyai pengalaman hebat, saya sebut hebat karena hal itu mendasari saya untuk menuliskan blogs ini, yaitu ketika seusai ujian akhir (waktu itu smea), guru akuntansi keuangan kami mewajibkan membuat suatu perencanaan setelah lulus, dengan kenyataan yang ditunjukkan bahwa kita tidak siap kerja ke luar daerah, intinya apa yang akan kami lakukan secara mandiri untuk membuat kami bisa bekerja, bagaiamana caranya dan tentu resiko(terimaksih kepada Bp. Sudiharto, SMEA negeri--dulu kami panggil Pak Congklang dibelakang beliau, karena celanannya selalu menggantung di atas mata kaki, congklang adalah bahasa jawa yang kurang lebih untuk sebutan celana yang panjang yang panjangnya tidak sesuai biasanya).
Pada saat itu ada teman kami yang akan beternak sapi, ayam kampung dan saya sendiri punya angan angan jadi seorang yang mempunyai usaha tanaman, yaitu anggrek, bonsai dan kaktus. Hebat bukan! Saya ambil jenis usaha itu karena dari situasi sekeliling saya, bonsai karena saya lihat kalau ke pantai selatan banyak bergelantungan bibit bibit bonsai yang siap pakai(baru saya tahu sebenarnya bisa rusak vegetasi), kaktus...karena panas nya dan keringnya gunungkidul saya berpikir kita gak perlu memakai air berlebihan dengan hasil yang maksimal, kalau angrek hmmm itu adalah tanaman kesayangan..hehehe.

Sebenarnya masih banyak yang bisa kita pikirkan kala itu, seperti pengelolaan wisata pantai(tidak kalah dengan pulau bali), atau penanaman jati emas, setidaknya dari beberapa alternatif tadi pemerintah Kabuparen bisa menyadari hal ini, semisal tanah yang kurang tergarap di daerah airnya lebih bagus ditanami jati emas bukan hal yang mustahil bisa mendapat pasokan setidaknya tidak usah material berupa uang tapi pengembalian keadaan Gunungkidul. Kita tidak bisa by pass ingin membangun tanpa mengembalikan keadaan ini, jika hal ini dilanjutkan adalah suatu ketimpangan.

Jadi pendek kata, saudaraku yang entah di mana, apa yang kita lakukan untuk Gunugkidul kita untuk 5 tahun, 10 tahun mendatang? Apakah anak keturunan kita akan kita jadikan seperti orang yang seperti kita saat ini, selalu didiskreditkan dengan keadaan kering, tandus tanpa air?
Bangunlah dari mimpi yang tiada berkesudahan ini.

No comments: